NAMA :
ANANESI WULANDARI
NIM : A1C111001
MID : PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA (2 SKS)
DOSEN :
Dr. Syamsurizal M.Si
HARI/TANGGAL : Kamis, 01 Mei s/d 07 Mei 2014
Soal :
1.Jelaskan manajemen standar lab yang ideal!
Jawab:
b. Disiplin laboratorium
Jawab:
MANAJEMEN
LABORATORIUM KIMIA / IPA
Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu
kegiatan, baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi. Manajemen juga diartikan sebagai proses penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen terkandung
di dalamnya pengelolaan terhadap suatu objek. Jadi, manajemen laboratorium
berarti objek yang akan dimanajemen adalah laboratorium tersebut yang secara rinci
terdiri dari alat-alat dan bahan-bahan kimia, sarana / prasarana lab, dan
proses pelaksanaan praktikum.
Fungsi manajemen adalah sebagai rangkaian
kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling
ketergantungan antara satu dengan yang lain. Sejalan dengan perkembangan jaman,
maka para pakar mengemukakan berbagai fungsi manajemen yang dikenal dengan POCCC,
yaitu:
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Commanding (perintah), Coordinating (pengkoordinasian),
dan Controlling (pengawasan).
1. Perencanaan
(Planning)
Dalam manajemen, perencanaan merupakan salah
satu bagian yang sangat penting, karena perencanaan yang matang akan lebih
memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan. Perencanaan adalah proses
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan cara dan
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut seefisien dan seefektif
mungkin. Bateman dan Zeithami (1990 : 18) mengartikan perenca-naan sebagai
proses menganalisis situasi, menetapkan tujuan yang akan dicapai di masa yang
akan datang dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai
tujuan-tujuan yang ditetapkan tersebut.
Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga
kegiatan yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga kegiatan tersebut,
yaitu :
(1) perumusan tujuan yang ingin dicapai,
(2) pemilihan program untuk mencapai
tujuan, dan
(3) identifikasi dan pengerahan sumber daya
yang tersedia.
Perencanaan dapat pula dianggap suatu seri
dari langkah-langkah atau tahapan yang dapat diikuti secara sistematis.
Perencanaan laboratorium kimia / IPA meliputi
perencanaan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan serta sarana /
prasarana, perencanaan kegiatan yang akan dilaksana-kan, serta rencana
pengembangan lab. Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam manajemen
laboratorium adalah :
a.
Pengadministrasian Alat-alat dan Bahan-bahan Laboratorium
Tujuan pengadministrasian alat-alat dan bahan-bahan lab ini adalah agar dapat
dengan mudah diketahui :
(1)
jenis alat atau bahan yang ada,
(2)
jumlah masing-masing alat dan bahan,
(3)
jumlah pembelian atau tambahan, dan
(4)
jumlah yang pecah, hilang, atau habis (Depdikbud, 1979 : 41).
Untuk keperluan pencatatan alat dan bahan lab ini diperlukan format atau buku
perangkat administrasi yang meliputi buku inventaris, kartu stok, kartu
permintaan / pemin-jaman alat / bahan, buku catatan harian, kartu alat / bahan
yang rusak, kartu reparasi, dan format label (Depdikbud, 1999 : 26). Buku
lainnya yang dapat melengkapi perangkat administrasi antara lain daftar alat
dan bahan yang sesuai dengan LKS, jadwal kegiatan lab, dan program semester
kegiatan lab.
Buku
inventaris alat dan bahan sebaiknya dibuat dari buku tulis folio yang
diberi kolom-kolom, yaitu nomor katalog (dilihat dalam buku katalog alat
pendidikan IPA, untuk mempermudah pengecekan), ukuran, nama alat / bahan, merk
/ type, produsen (pabrik pembuatnya), asal / tahun, tahun penggunaan, jumlah,
baik / rusak (jumlah masing-masing alat / bahan yang baik atau rusak).
Kartu
stok berguna untuk mengetahui jumlah alat / bahan yang tersedia ketika
diperlukan dan dapat mengetahui tempat penyimpanan alat / bahan itu. Kartu ini
dibuat dari sepotong kertas / karton dengan warna yang berbeda-beda untuk setiap
kelompok alat. Satu kartu stok untuk satu jenis alat / bahan.
Label sebaiknya
ditempelkan pada tempat penyimpanan alat / bahan (almari, laci, rak).
Adanya label mempercepat pengambilan maupun pengembalian alat / bahan.
Kartu
/ formulir permintaan / peminjaman alat / bahan diisi oleh guru
sebelum melakukan kegiatan lab sebagai pesanan alat / bahan yang diserahkan
kepada laboran sekitar satu minggu sebelumnya, sehingga laboran memiliki waktu
yang cukup untuk mem-persiapkannya.
Buku
catatan harian bertujuan untuk mengetahui kejadian-kejadian selama
berlang-sungnya kegiatan lab, seperti adanya alat yang rusak / hilang,
percobaan yang gagal, se-hingga dapat digunakan sebagai dasar tindak lanjut
penyelesaiannya. Buku ini diletakkan di lab dan harus diisi oleh setiap guru
yang melakukan praktikum di lab dan sebulan sekali diperiksa Kepala Sekolah.
Kartu
alat / bahan yang rusak diisi ketika terdapat alat atau bahan yang
rusak, juga alat yang pecah bahkan yang retak. Kartu ini merupakan dasar untuk
pemesanan alat / bahan yang harus dibeli di tahun pelajaran baru jika ada
anggaran yang direncanakan.
Kartu
reparasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan alat
yang direparasi. Melalui kartu ini dapat diketahui kapan terjadi kerusakan dan
kapan direparasi, jenis kerusakan, dan komponen yang diganti / diperbaiki.
Daftar alat / bahan yang sesuai dengan LKS terdiri
atas kolom-kolom jumlah alat / bahan yang diperlukan untuk setiap LKS dan
jumlah yang tersedia setiap tahun.Daftar ini mempermudah kita dalam mengetahui
apakah suatu LKS dapat dilaksanakan / tidak dan metode apa yang diterapkan.
Sebagai contoh, jika alat / bahan yang tersedia tidak mencu-kupi untuk sejumlah
kelompok yang telah dibuat, maka lebih baik dilakukan demonstrasi. Daftar ini
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan anggaran belanja di waktu
mendatang.
Jadwal
kegiatan laboratorium sebaiknya disesuaikan dengan jadwal pelajaran di
kelas. Hal ini sesuai dengan fungsi praktikum, yaitu memantapkan pemahaman
konsep yang diajarkan di kelas. Jangan sampai terjadi mata praktikum dengan
materi yang diajarkan di kelas berbeda waktu terlalu jauh, karena itu berarti
praktikum tidak efektif dalam membantu pemahaman konsep yang diajarkan di
kelas. Bagi sekolah yang memiliki banyak kelas, jadwal praktikum harus dibuat
sedemikian rupa agar tidak terjadi tumbukan antara kelas yang satu dengan yang
lain. Penyusunan jadwal praktikum biasanya dilakukan oleh penanggung jawab
teknis laboratorium.
Program
semester kegiatan laboratorium dibuat masing-masing guru kimia / IPA
pada awal semester untuk menentukan kapan kegiatan praktikum akan dilakukan
selama satu semester. Program ini berkaitan erat dengan jadwal penggunaan lab
dan persiapan alat / bahan yang akan digunakan.
b.
Pengadaan Alat / Bahan Laboratorium
Untuk melengkapi atau mengganti alat / bahan kimia / IPA yang rusak, hilang,
atau habis dipakai diperlukan pengadaan. Sebelum pengusulan pengadaan alat /
bahan, maka perlu dipikirkan :
(1)
percobaan apa yang akan dilakukan,
(2)
alat / bahan apa yang akan dibeli (dengan spesifikasi jelas),
(3)
ada tidaknya dana / anggaran,
(4)
prosedur pembelian (lewat agen, langganan, beli sendiri), dan
(5)
pelaksanaan pembelian (biasanya awal tahun pelajaran baru) (Depdikbud,
1999 : 32).
Prosedur pengadaan dimulai dengan penyusunan alat / bahan yang akan dibeli yang
dikumpulkan dari usulan masing-masing guru IPA yang dikoordinasi oleh penanggung
jawab lab. Sebelum pembelian, hendaknya ditentukan terlebih dahulu di toko atau
perusahaan mana alat / bahan itu akan dibeli. Sebaiknya setiap sekolah telah
membuat jalinan kerja sama dengan perusahaan atau toko alat dan bahan kimia
tertentu, sehingga akan memperoleh harga yang relatif murah dan sewaktu-waktu
memerlukan tambahan alat / bahan kimia di luar jadwal pengadaan dapat dengan
mudah dikontak dan disuplai.
c. Alokasi Dana
Laboratorium
Bagi sekolah Negeri, sumber dana sekolah dibagi menjadi dua, yaitu dana dari
Pemerintah yang umumnya berupa dana rutin (biaya operasional dan perawatan
fasilitas) dan dana dari masyarakat yang dapat berasal dari orang tua peserta
didik maupun sumbangan masyarakat luas / dunia usaha (Depdikbud, 1999 : 95).
Dana laboratorium diperoleh dari proyek OPF (Operasional dan Perawatan
Fasilitas) yang dituangkan dalam APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah)
yang disediakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan
kegiatan penunjang proses belajar-mengajar.
2. Pengorganisasian
(Organizing)
Organisasi
laboratorium adalah suatu sistem kerja sama dari kelompok orang, barang, atau
unit tertentu tentang laboratorium untuk mencapai tujuan (Sudaryanto, 1998 : 5)
Mengorganisasikan laboratorium berarti menyusun sekelompok orang / petugas dan
sumber daya lain untuk melaksanakan suatu rencana atau program dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang berdaya guna terhadap
laboratorium. Pengorgani-sasian laboratorium meliputi
pengaturan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan laboratorium, pengadaan
alat-alat dan bahan-bahan, dan menjaga kedisiplinan dan kesela-matan
laboratorium.
Orang-orang yang terlibat langsung dalam
organisasi lab adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum,
koordinator lab, penanggung jawab teknis lab, laboran, dan guru-guru mapel IPA
(Kimia, Fisika, Biologi). Tugas Kepala Sekolah adalah memberikan bimbingan,
motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada seluruh staf yang terlibat dalam
pengelolaan lab, menyediakan dana keperluan operasional lab. Dalam menjalankan
tugas ini dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yang juga bekerja
sama dengan koordinator lab dalam pelaksanaan kegiatan lab.
Tugas koordinator lab adalah mengkoordinasikan
masing-masing guru mapel IPA segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan lab dan mengusulkan kepada penanggung jawab lab untuk pengadaan alat /
bahan praktikum. Penanggung jawab teknis lab bertanggung jawab atas kelengkapan
administrasi lab kelancaran kegiatan lab, mengusulkan kepada Kepala Sekolah
tentang pengadaan alat / bahan lab, dan bertang-gung jawab atas kebersihan,
penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat-alat lab. Tugas laboran adalah
mengerjakan administrasi lab, mempersiapkan alat / bahan yang diperlukan untuk
praktikum, dan bertanggung jawab atas kebersihan alat / bahan dan ruangan lab
beserta perlengkapannya sebelum dan sesudah praktikum.
Adapun struktur organisasi laboratorium kimia
/ IPA di SMA / SMK dapat digambar-kan sebagai berikut :
a.
Penyimpanan Alat / Bahan Laboratorium Setelah Pemeliharaan
Penyimpanan alat / bahan kimia / IPA dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, yaitu :
(1)
alat / bahan yang sering dipakai,
(2)
alat / bahan dimana peserta didik diijinkan untuk mengambil sendiri, seperti beaker
glass, gelas ukur, pipet, larutan encer garam, asam, basa,
(3)
alat / bahan yang jarang dipakai, dan
(4)
alat / bahan yang berbaha-ya, seperti alat yang peka, mahal, dan mudah rusak,
dan bahan yang beracun, radioaktif, mudah terbakar / meledak.
Penyimpanan
masing-masing alat / bahan tergantung pada keadaan dan susunan lab, serta
fasilitas ruangan (termasuk luas sempitnya lab). Alat / bahan yang sering
digunakan sebaiknya diletakkan di almari yang dapat dibuka dan diambil sendiri
oleh peserta didik, sehingga efisien waktu dan tenaga. Namun jika pertimbangan
keamanan dan kedisi-plinan peserta didik diragukan, maka jumlah yang tersedia
dibatasi.
Bahan-bahan kimia yang beracun, eksplosif (mudah meledak), dan mudah terbakar
sebaiknya ditempatkan terpisah dari bahan yang lain dan diusahakan diletakkan
di tempat yang tidak mudah dilihat peserta didik (di ruangan khusus dan hanya
laboran yang tahu). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan, jika ada peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Demikian juga dengan alat-alat lab, diletakkan sesuai jenis dan bahannya,
seperti alat dari kaca, porselin, kayu, atau logam diletakkan secara terpisah.
Hal ini untuk mempermudah jika akan digunakan, juga mempermudah inventarisasi
ulang. Prinsip dari penyimpanan alat / bahan lab adalah alat / bahan tersebut
dalam keadaan aman, mudah dicari dan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan.
Seringkali terjadi kerusakan alat-alat lab disebabkan salah menangani alat
tersebut. Oleh karena itu sangat penting bagi guru sebelum praktikum diadakan
dilakukan asistensi, yaitu kegiatan pengenalan mulai dari pengenalan alat /
bahan yang akan digunakan dalam praktikum, baik fungsi dan cara penggunaannya,
sampai pada mata praktikum yang akan diljalani untuk kurun waktu satu semester
dengan penjelasan garis besarnya, serta bagaimana cara berpraktikum yang baik,
tata tertib praktikum, dan format penyusunan laporan praktikum. Dengan demikian
peserta didik memperoleh bekal yang cukup untuk bekerja di laboratorium.
Hal penting lainnya adalah penanaman kesadaran pada diri peserta didik bahwa
laboratorium adalah juga bagian dari sekolah yang membantu prestasi belajar
mereka, sehingga mereka harus ikut merawat dan menjaga. Sebagai contoh, setiap
kali selesai praktikum, mereka membersihkan alat dan meja praktikum seperti
sebelum praktikum, termasuk lantai dan bak air. Agar semua peserta didik
mengerti tanggung jawab menjaga kebersihan lab, maka dibuatkan jadwal piket,
sehingga semua mendapat giliran.
Dalam rangka menjaga keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium, maka
penegakan disiplin bagi semua yang terlibat harus diterapkan, baik itu peserta
didik, guru, laboran, maupun asisten (jika ada). Kebebasan memang diperlukan
bagi peserta didik yang berpraktikum, namun kebebasan yang dimaksud bukan
kebebasan tanpa batas. Hal ini disebabkan di dalam laboratorium sangat banyak
alat / bahan yang berbahaya jika diguna-kan tanpa disiplin sesuai aturan
penggunaan alat / bahan yang bersangkutan. Jika hanya kerusakan alat atau
kelebihan pemakaian bahan mungkin masih dapat ditoleransi, namun jika yang
terjadi kesalahan pemakaian alat / bahan yang menimbulkan kebakaran / ledakan
atau bahaya lainnya akan sangat fatal akibatnya.
Berkaitan dengan disiplin di laboratorium, maka peserta didik sebelum
beraktivitas (praktikum) di laboratorium perlu mengetahui tata tertib yang
harus ditaati ketika bekerja di lab. Namun demikian, disiplin yang diterapkan
di laboratorium hendaknya tidak terlalu kaku dalam beberapa hal yang tidak
berbahaya, misalnya larangan berbicara ketika berpraktikum. Jika memang peserta
didik ingin mendiskusikan dengan temannya karena ada hasil percobaan yang tidak
sesuai dengan teori, maka perlu diberi kelonggaran agar mereka menemukan
penyebab kegagalannya dengan segera.
Pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku
perlu diberikan sanksi, mulai dari peringatan secara halus, peringatan keras,
sampai pada pelarangan mengikuti praktikum maupun mengikuti pelajaran di
sekolah (scorsing). Selain tata tertib untuk peserta didik, juga ada
peraturan semacam tata tertib untuk guru. Sebenarnya tata tertib untuk peserta
didik sebagian juga berlaku untuk guru, seperti larangan makan dan minum di
lab, merokok. Tata tertib dan peraturan tersebut dibuat oleh koordinator lab
beserta guru-guru mapel IPA.
3. Pelaksanaan
(Actuating)
Pelaksanaan merupakan salah satu fungsi
manajemen yang sangat penting, karena tanpa pelaksanaan terhadap apa yang telah
direncanakan dan diorganisasikan tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Kegiatan laboratorium kimia / IPA diartikan
sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pengamatan atau percobaan yang menunjang
kegiatan belajar-mengajar kimia / IPA. Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium
kimia / IPA perlu perencanaan secara sistematis agar dicapai tujuan
pembelajaran secara optimal (Depdikbud, 1999 : 13).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
laboratorium kimia / IPA adalah :
a. Setiap guru IPA
pada awal semester / tahun pelajaran baru sebaiknya menyusun program semester /
tahunan sesuai kegiatan lab yang ditandatangani Kepala Sekolah. Tujuan
penyusunan program ini adalah mengidentifikasi kebutuhan alat / bahan yang
dibutuhkan untuk kegiatan praktikum selama satu semester / tahunan dan menyusun
jadwal bagi penanggung jawab teknis untuk ketiga mapel (Kimia, Fisika, Biologi)
agar tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian lab. Selain itu berguna untuk
keperluan supervisi / pengawasan bagi Kepala Sekolah.
b. Setiap akan
melaksanakan praktikum, setiap guru sebaiknya mengisi format permintaan /
peminjaman alat / bahan yang kemudian diserahkan kepada laboran minimal
seminggu sebelum pelaksanaan, sehingga laboran secara dini dapat mempersiapkan
dan mengecek ada tidaknya alat / bahan yang dibutuhkan.
c. Setelah kegiatan
lab selesai sebaiknya guru mengisi buku harian untuk mengetahui
kejadian-kejadian selama kegiatan lab serta untuk keperluan supervisi.
d. Alat / bahan yang
telah selesai digunakan segera dibersihkan dan disimpan kembali di tempat
semula.
Dalam kegiatan praktikum, penilaian terhadap
hasil belajar peserta didik harus dilakukan, baik kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, biasanya dilakukan melalui pre-test
sebelum praktikum diadakan, bisa dilakukan secara lisan maupun tertulis,
tergantung waktu yang tersedia. Pre-test terutama dilakukan untuk mengetahui
sejauhmana pemahaman peserta didik terhadap konsep yang akan dipraktikumkan.
Sebaiknya pre-test tidak berisi pertanyaan teoretis, tetapi lebih difokuskan
pada konsep yang berkaitan dengan praktikum. Sebagai contoh, pada praktikum
laju reaksi, pre-test tidak bertanya tentang apa pengertian laju reaksi, tetapi
pada substansi yang dipraktikumkan, misalnya ”Manakah yang akan bereaksi lebih
cepat antara .... dengan ....”.
Penilaian dari aspek afektif dapat dilakukan
guru dengan menggunakan lembar observasi khusus yang telah dipersiapkan guru
yang berisi nilai-nilai atau sikap yang harus dimiliki oleh seorang praktikan,
seperti kejujuran menulis data percobaan, kebersihan, dan teliti dalam
pengamatan. Pada kenyataannya, sebagian besar guru tidak mempersiapkan lembar
observasi ini, sehingga penilaian aspek afektif ini hanya ditinjau secara
sepintas yang kemudian disimpulkan sebagai nilai afektif, baik dinyatakan
sebagai kedisiplinan / ketelitian.
Penilaian aspek psikomotor adalah yang utama
dalam suatu praktikum, karena salah satu tujuan utama praktikum adalah melatih
keterampilan dan mengukur penguasaan teknik peserta didik dalam menggunakan
alat / bahan kimia / IPA ketika melaksanakan praktikum. Penilaian ini dapat
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiap-kan
sebelumnya oleh guru yang meliputi aspek-aspek penting yang harus dikuasai
peserta didik dalam melaksanakan suatu mata praktikum. Dengan demikian, setiap
mata praktikum akan memiliki tekanan aspek psikomotor yang berbeda. Sebagai
contoh, untuk mata prakti-kum ”Titrasi Asam Basa”, maka penilaian psikomotor
berisi tentang bagaimana keterampilan peserta didik dalam mengambil sejumlah
volum tertentu ke dalam erlenmeyer, menuang larutan ke dalam buret, memasang
buret (rangkaian alat titrasi), dan melakukan titrasi (membuka kran buret dan
menggoyang erlenmeyer).
Secara umum, dalam praktikum guru terutama
menilai keterampilan peserta didik dalam menggunakan alat / bahan, ketepatan,
baik dalam hal ketepatan pemilihan alat, pengambilan data yang tepat,
pengendalian variabel, perumusan hipotesis dan pengujian-nya, serta penyimpulan
berdasarkan data yang diperoleh, dan ketelitian yang sangat menentukan
keberhasilan praktikum yang berupa pembuktian kebenaran suatu konsep (Ratna
Wilis Dahar, 1986 : 5.22).
4. Pengawasan
(Controlling)
Pengawasan atau sering disebut pula supervisi
ditentukan oleh apa yang telah dilakukan, yaitu evaluasi terhadap tindakan dan
bila perlu menggunakan pengukuran koreksi sehingga tindakan tersebut sesuai
dengan rencana (Terry, 1977 : 481). Proses pengawasan terdiri atas beberapa
tindakan pokok, yaitu : (1) penentuan ukuran / pedoman baku sebagai pembanding
/ alat ukur untuk menjawab pertanyaan dari hasil pelaksanaan, (2) penilaian /
pengukuran terhadap tugas yang sudah atau yang sedang dikerjakan, baik secara
lisan maupun tertulis, atau pertemuan langsung dengan petugas, (3) perbandingan
antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran / pedoman yang telah ditetapkan
untuk mengetahui penyimpangan / perbedaan yang terjadi dan perlu tidaknya
perbaikan, (4) perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi agar pekerjaan
sesuai dengan apa yang direncanakan.
Ada beberapa prinsip dasar pengawasan yang
harus diterapkan agar manajemen laboratorium menjadi baik, yaitu :
1. Pengawasan bersifat
membimbing dan membantu mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan. Kepala
Sekolah harus menfokuskan perhatian pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi
guru, bukan sekedar mencari kesalahan. Kekeliruan guru harus disampaikan Kepala
Sekolah sendiri dan tidak di depan orang lain.
2. Bantuan dan
bimbingan diberikan secara tidak langsung, artinya diupayakan agar yang
bersangkutan mampu mengatasi sendiri, sedangkan Kepala Sekolah hanya membantu.
Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang pada akhirnya
menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik.
3. Balikan atau saran
perlu segera diberikan, agar yang bersangkutan dapat memahami dengan jelas
keterkaitan antara balikan dan saran tersebut dengan kondisi yang dihadapi.
Dalam memberikan balikan sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga terjadi
pembahasan terhadap masalah yang terjadi secara bersama.
4. Pengawasan
dilakukan secara periodik / berkala, artinya tidak menunggu sampai terjadi
hambatan. Jika tidak ada hambatan, kehadiran Kepala Sekolah akan dapat
menumbuh-kan dukungan moral bagi guru yang sedang mengerjakan tugas.
5. Pengawasan
dilaksanakan dalam suasana kemitraan, agar guru dengan mudah dan tanpa takut
menyampaikan hambatan yang dihadapi, sehingga dapat segera dicari jalan
keluarnya. Suasana kemitraan juga akan menumbuhkan hubungan kerja yang harmonis,
sehingga tercipta tim kerja yang kompak.
2.Buatlah rubrik penilaian praktikum secara
umum! Tentukan kategori praktikum berhasil atau tidak berdasarkan rubrik yang
anda buat!
Jawab :
Jawab :
NO
|
INSTRUMEN YANG DINILAI
|
ASPEK
PENILAIAN
|
SKOR
|
|||
4
SANGAN BAIK
|
3
BAIK
|
2
KURANG BAIK
|
1
TIDAK BAIK
|
|||
1
|
TAHAP PERSIAPAN
|
ASISTENSI
|
Diadakan asistensi
|
Tidak diadakan asistensi
|
||
PENGEBONAN ZAT
|
Dilakukan pengebonan
zat dengan sebelumnya telah memiliki pengetahuan tentang cara pembuatan
larutan, pengenceran larutan dan sebagainya. Serta dibimbing oleh asisten dan
pengelola lab.
|
Dilakukan pengebonan
zat dengan sebelumnya telah memiliki pengetahuan tentang cara pembuatan
larutan, pengenceran larutan dan sebagainya.
|
Dilakukan pengebonan
zat tanpa pengetahuan sehingga masih banyak bertanya
|
Tidak Dilakukan
pengebonan zat dengan sebelumnya telah memiliki pengetahuan tentang cara
pembuatan larutan, pengenceran larutan dan sebagainya. Serta dibimbing oleh
asisten dan pengelola lab.
|
||
PRE-TEST
|
Pre-test dilakukan setiap kali praktikum dengan soal yang
berkaitan dengan judul praktikum yang bersifat analisis serta berupa
pengetauan yang mendukung untuk melakukan praktikum. Standar kelulusan 65,
bagi yang tidak lulus praktikum tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
|
Pre-test tidak dilakukan setiap kali praktikum. Standar
kelulusan 65, bagi yang tidak lulus praktikum tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum.
|
Pre-test dilakukan kadang-kadang. Soal pre-test bersifat
hafalan. Yang tidak lulus pre-test diperbolehkan mengikuti praktikum.
|
Tidak dilakukan pre-test.
|
||
KESELAMATAN KERJA
(JAS LAB, MASKER,
KACAMATA, SARUNG TANGAN, SEPATU)
|
Menggunakan
perlengkapan keselamatan kerja lengkap dari awal hingga akhir praktikum
|
Menggunakan
perlengkapan keselamatan kerja hanya pada saat akan beraktivitas dengan zat.
|
Perlengkapan
keselamatan kerja tidak digunakan secara lengkap. Misalnya hanya menggunakan
jas lab.
|
Tidak Menggunakan
perlengkapan keselamatan kerja lengkap dari awal hingga akhir praktikum
|
||
2
|
PELAKSANAAN
|
KETERAMPILAN PROSES SAINS (SIKAP ILMIAH)
|
Secara beurutan sikap ilmiah dilakukan selama praktikum.
|
Melakukan pengamatan, melaksanakan praktikum dan menganalisa
hasil praktikum.
|
Hanya melakukan pengamatan dan mencatat data pengamatan.
|
Tidak melakukan urutan kegiata ilmiah selama praktikum.
|
MEMBERSIKAN ALAT DAN
LAB SETELAH SELESAI PRAKTIKUm
|
Melakukan pembersihan
alat dan ruangan lab setelah selesai praktikukm dan menyimpanya kembali
pada tempatnya.
|
Hanya memberiskan alat
dengan mencuci tanpa menyimpan kembali ke tempatnya. Dan memberiskan lab.
|
Hanya membersihakan
alat tanpa membersihkan ruangan lab
|
Tidak membersikan alat
dan lab setelah selesai praktikum
|
||
POST-TEST
|
Dilakukan post-test setiap kali selesai praktikum. Soal post
test bersifat analisis terhadap hasil percobaan. Standar kelulusan 65. Yang
tidak lulus post-test diberikan tugas tambahan.
|
Dilakukan post-test tidak setiap kali praktikum. Soal post
test bersifat analisis terhadap hasil percobaan. Standar kelulusan 65. Yang
tidak lulus post-test diberikan tugas tambahan.
|
Post-test hanya kadang-kadang dilakukan. Yang tidak lulus
post-test tidak diberikan tugas tambahan.
|
Tidak dilakukan post-test setiap kali selesai praktikum. Soal
post test bersifat analisis terhadap hasil percobaan. Standar kelulusan 65.
Yang tidak lulus post-test diberikan tugas tambahan.
|
||
3
|
PELAPORAN
|
LAPORAN DATA PENGAMATAN
SEMENTARA
|
Memberikan laporan data
hasil pengamatan sementara kepada asisten secara tertulis
|
Hanya melaporkan data
hasil pengmatan secara lisan
|
Hanya kadang-kadang memberikan
laporab data pengamatan.
|
Tidak melaporkan data
hasil pegamatan sementara.
|
LAPORAN PRAKTIKUM
|
Membuat laporan praktikum sesuai format yang diberikan.
Melaporkan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Dikumpulkan setiap 1
minggu sekali.
|
Membuat laporan praktikum sesuai format yang diberikan, tetapi
tidak dikumpulkan setiap 1 minggu sekali.
|
Membuat laporan praktikum sesuai format yang diberikan, tetapi
dikumpulkan setelah semua judul praktikum dilakukan.
|
Tidak membuat laporan praktikum
|
||
LAPORAN KERUSAKAN ALAT
dan mengganti kerusakan alat SELAMA PELAKSANAAN PRAKTIKUM
|
Melaporkan kerusakan
alat dan menggantinya setiap kali terjadi kerusakan alat dalam praktikum
|
Melaporkan kerusakan
alat tetapi tidak menggantikannya.
|
Kadang-kadang
melaporkan kerusakan alat kepada asisten
|
Tidak Melaporkan
kerusakan alat dan tidak menggantinya setiap kali terjadi kerusakan alat
dalam praktikum
|
KEBERHASILAN PRAKTIKUM:
JUMLAH SKOR / 40 X
100%
KRITERIA KEBERHASILAN:
BERHASIL
|
>80 %
|
TIDAK BERHASIL
|
< 75 %
|
4.Buatlah rubrik penilaian untuk jurnal dan
laporan praktikum!
Jawab :
KRITERIA
|
KURANG (1)
|
CUKUP (2)
|
BAIK(3)
|
SANGAT BAIK(4)
|
Pengertian perubahan fisika dan kimia
|
Siswa tidak dapat menjawab pengertian perubahan fisika dan
kimia.
|
Siswa dapat menjawab pengertian perubahan fisika dan kimia
tetapi tidak lengkap.
|
Siswa menjawab dengan lengkap sesuai dengan yang ada dibuku.
|
Siswa menjawab pengertian perubahan fisika dan kimia dengan
tepat dan menggunakan bahasanya sendiri.
|
Penggunaan bahasa dan kejelasan makna
|
Siswa kurang dapat
menggunakan bahasa yang baik.
|
Siswa menggunakan
bahasa yang baik tetapi makna yang disampaikan kurang jelas.
|
Bahasa yang
digunakan baik dan makna yang disampaikan jelas tetapi kurang lengkap.
|
Bahasa yang
digunakan baik, maknanya jelas dan lengkap.
|
Ciri - ciri perubahan fisika dan kimia
|
Siswa hanya menjawab satu ciri-ciri perubahan fisika dan
kimia.
|
Siswa menjawab dua ciri-ciri perubahan fisika dan kimia.
|
Siswa menjawab lebih dari dua ciri-ciri perubahan fisika dan
kimia.
|
Siswa menjawab ciri-ciri perubahan fisika dan kimia dengan
disertai contoh
|
Pemahaman siswa terhadap materi (perubahan fisika dan
perubahan kimia)
|
Pemahaman siswa
terhadap materi dalam tingkatan mengingat yang ada dibuku.
|
Pemahaman siswa
cukup baik terhadap materi dengan siswa memberi contoh dalam kehidupan
sehari-hari.
|
Pemahaman materi
baik dan siswa mampu membedakan perubahan fisika dan kimia dilihat dari
beberapa aspek.
|
Pemahaman materi
sangat baik dan siswa mampu menganalisis masalah yang berhubungan dengan
perubahan fisika dan kimia.
|
Keterampilan praktikum
|
Siswa mengetahui nama alat tetapi tidak dapat
menggunakan alat praktikum.
|
Siswa mengetahui dan dapat menggunakan alat praktikum tetapi
kurang tepat.
|
Siswa dapat menggunakan alat praktikum dengan baik dan tepat,
tetapi tidak mengembalikan ketempat semula setelah praktikum.
|
Siswa dapat menggunakan dengan tepat dan dapat mengembalikan
ketempat semula dengan kondisi yang baik setelah praktikum.
|
Analisa hasil praktikum
|
Siswa tidak dapat
menganalisa data hasil praktikum.
|
Siswa dapat
menganalisa hasil praktikum tetapi kurang tepat.
|
Siswa tepat
menganalisa data hasil praktikum dan mangkaitkan dengan teori tetapi kurang
lengkap.
|
Siswa tepat
menganalisa hasil praktikum dengan mengkaitkan dengan teori yang lengkap.
|
Bukti hasil praktikum dievaluasi secara efektif
|
Bukti hasil praktikum tidak dievaluasi.
|
. Tidak semua hasil praktikum dievaluasi secara efektif.
|
Sebagian hasil praktikum dievaluasi secara efektif.
|
Setiap hasil praktikum selalu dievaluasi secara efektif.
|
Kesimpulan
|
Kesimpulan
yang diambil kurang relevan terhadap hasil praktikum dan tidak
mengarah pada tujuan praktikum.
|
Kesimpulan yang
diambil sesuai hasil praktikum tetapi tidak mengarah pada tujuan praktikum.
|
Kesimpulan
sesuai dan mengarah pada tujuan praktikum tetapi bahasa yang
digunakan terlalu panjang.
|
Kesimpulan sesuai
dan mengarah pada tujuan praktikum serta bahasa yang digunakan singkat, padat
dan jelas.
|
Keefektifan kelompok dalam diskusi kelas
|
Hanya satu orang yang aktif dalam suatu kelompok
yang lain pasif
|
Beberapa orang yang aktif dalam suatu kelompok yang lain
pasif.
|
Semua anggota aktif dalam diskusi tetapi kuarang memberikan
argument yang tepat.
|
Semua aktif dan memberikan argument yang tepat serta dapat
menyimpulkan hasil diskusi.
|
Rubrik laporan percobaan
No
|
Aspek
|
Skor
|
Keterangan
|
1
|
Judul percobaan
|
0
1
2
|
Judul percobaan tidak ditulis.
Judul percobaan ditulis tetapi tidak tepat/sesuai dengan tema
praktikum.
Judul percobaan ditulis dan tepat.
|
2
|
Tujuan percobaan
|
2
2
|
Ditulis seperti pada
petunjuk praktikum.
Tujuan ditulis dalam
bentuk ABCD (audience, behaviour, condition, and degree)
|
3
|
Rumusan masalah
|
0
2
5
|
Rumusan masalah tidak ditulis.
Rumusan masalah ditulis tetapi tidak mengarah pada hubungan
variabel manipulasi dan respon.
Rumusan masalah ditulis dan mengarah pada hubungan variabel
manipulasi dan respon.
|
4
|
Dasar teori
|
5
10
15
|
Memuat teori tetapi
kurang relevan dengan meteri praktikum asam-basa.
Memuat secara
singkat teori yang relevan dengan meteri praktikum.
Memuat secara
lengkap teori yang relevan dengan meteri praktikum.
|
5
|
Alat dan bahan
|
2
5
|
Alat dan bahan ditulis namun tidak disertai dengan jumlah.
Alat dan bahan ditulis lengkap disertai dengan jumlah dan
ukuran.
|
6
|
Prosedur kerja
|
1
2
5
10
|
Ditulis seperti
petunjuk pada praktikum (menggunakan kata perintah).
Ditulis dengan
menggunakan kata kerja bukan kata perintah).
Ditulis lengkap
tanpa alur kerja.
Ditulis lengkap
beserta alur kerja.
|
7
|
Data pengamatan
|
5
7
|
Data yang ditulis hanya kondisi sesudah perlakuan (setelah diberi
indikator alami).
Data yang ditulis mencakup kondisi sebelum dan sesudah
perlakuan.
|
8
|
Diskusi dan
pembahasan
|
10
20
25
|
Membahas hasil
pengamatan tanpa menghubungkan dengan dasar teori.
Mengubungkan hasil
pengamatan dengan dasar teori namun tidak lengkap.
Menghubungkan hasil
pengamatan dengan dasar teori dan dilengkapi dengan bagan serta paragraf yang
mengarah pada simpulan.
|
9
|
Simpulan
|
5
10
|
Simpulan sesuai dengan hasil praktikum tetapi tidak mengarah
pada tujuan praktikum.
Simpulan sesuai dengan hasil praktikum dan mengarah pada
tujuan praktikum.
|
10
|
Daftar pustaka
|
2
3
5
|
Tidak semua sumber
pustaka ditulis.
Semua sumber pustaka
ditulis namun ada satu atau lebih sumber pustaka yang tata tulisannya kurang
benar.
Semua sumber pustaka
ditulis dan susunannya benar.
|
11
|
Jawaban petanyaan
|
5
|
Semua pertanyaan yang ada dijawab dengan benar.
|
12
|
Laporan sementara
|
0
5
|
Laporan sementara
tidak dilampirkan.
Laporan sementara
dilampirkan.
|
13
|
lampiran
|
0
3
|
Lampiran foto praktikum (sebelum dan sesudah praktikum) tidak
dilampirkan.
Lampiran foto praktikum dilampirkan.
|
14
|
Ketepatan waktu
mengumpulkan laporan
|
0
1
3
5
|
Laporan
menyerahkannya lebih dari satu minggu terlambat
Sampai satu minggu
terlambat
Sampai dengan dua
hari terlambat
Menyerahkan laopran
tepat waktu
|
5.Mengapa pentingnya manajemen lab dalam kaitannya dengan kurikulum 2013! (kata kunci : produktif, inovatif dan kreatif)
Jawab :
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
menggunakan sistem pembelajaran tematik yaitu dengan pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran dengan
lebih mengutamakan Sikap, kemampuan / keterampilan dan pengetahuan,serta
berbagai konsep dasar yang berkaitan.Dimana Tema memberikan
makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta didik mempelajari konsep
dasar yang lebih terkait dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran
memberikan makna nyata kepada peserta didik.
Manajemen laboratorium penting didalam kurikulum karena pada
hakekatnya kurikulum menekankan metode imiah. Dimana metode ilmiah memiliki
tahapan-tahapan ilmiah yaitu mengamati, menalar,mengelompokkan, mencatat,
menghitung, menganalisis, membanding-bandingkan, mengukur, melakukan, menarik
kesimpulan dan mendiskusikan dan memecahkan masalah-masalah yang bisa diselesaikan.
Oleh karena itu peningkatan sumber daya manusia (SDM) akan
dapat di wujudkan melalui peran strategis pembangunan bidang pendidikan dalam
mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) sebagai generasi emas yang produktif,
kreatif dan inovatif.
6.Jelaskan perbedaan yang mendasar pada
laboratorium jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama!
Jawab :
Jawab :
Menurut saya perbedaan
yang mendasar pada laboratorium jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan laboratorium
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu :
Pertama terletak pada
desain ruangan dan sistematika pelaksanaan kegiatan praktikum, dimana:
·
Pada lab SD
àruangan di desain sedemikian rupa dengan kondisi semua alat
dan bahan terletak dalam ruangan khusus dan hanya guru pendamping yang memiliki
wewenang untuk keluar masuk ruangan tersebut.
àruangan utama lab
hanya berisi meja praktikan beserta kursi dan meja demonstrasi guru.
è Praktikum lebih banyak di lakukan dengan cara demonstrasi
oleh guru karena untuk tingkat sekolah dasar mereka belum diperbolehkan untuk
dapat melakukan kegiatan praktikum secara mandiri (anak pada rentang usia
Sekolah Dasar masih belum memahami bahaya ataupun resiko yang ada di
sekelilingnya, mereka cenderung lebih sulit di arahkan dibandingkan siswa/I Sekolah
Menengah Pertama yang setidaknya lebih baik dalam menerima instruksi yang di
berikan oleh guru).
·
Pada lab SMP
àAlat-alat dan bahan-bahan tetap diletakkan di ruang khusus,
namun siswa memiliki kebebasan untuk keluar masuk apabila memiliki keperluan
dengan kedua hal tersebut dan tentu saja tetap dalam pengawasan guru.
àAlat-alat yang dianggap tidak berbahaya juga tidak menutup
kemungkinan apabila di tata berdampingan dengan ruang utama (ruang praktikum)
karena siswa Sekolah Menengah Pertama dianggap sudah dapat membedakan hal-hal
yang dapat membahayakan dirinya ataupun sekitarnya,
è Pada pelaksanaan praktikum pada jenjang SMP juga sudah di
berikan wewenang untuk melakukan praktikum secara mandiri dan tentu saja masih
di bombing oleh guru pendamping.
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.